Rindu

Aku menyayangimu tanpa alasan. Alasan itu bernama cinta. Dan alasan tak jelas telah menghancurkan harapanku. Hingga pada saatnya kau menjauh secara perlahan.

Malam ini ku termenung di bilik kamarku. Bilik yang tak begitu luas dan tak begitu sempit. Menikmati bekas guyuran air hujan menjadi ketertarikanku saat ini. Mungkin, malam ini sama seperti malam di hari-hari lain ketika bintang mulai menunjukkan dirinya. Tetapi khusus hari ini, pikiranku berlari tanpa arah, merasuk ke dalam titik pusat terdalam, hingga aku merasakan akan kerinduan yang tak terkendali.

Bunyi jarum jam menjadi saksi kelamnya arena pemikiranku. Di dalam pikiranku, aku sudah tak tahan. Hati ini meronta-ronta untuk segera dilepaskan karena sudah tak tahan dengan kerinduan. Ya, memang saat ini aku terserang rindu. Rindu akan seseorang yang hadir di dalam hatiku,  yang sudah dua minggu tak muncul di hadapanku. Aku hanyalah setetes tinta tanpa pena. Kita di tempa dalam misi yang sama, berproses dan membentuk idealisme kita masing-masing. Rasanya baru kemarin kita bertemu di tempat yang sama untuk membeli makan yang sama. Saat ini aku merasakan rindu amat teramat dalam. Pahit memang, berpisah secara batin dan fisik.

Aku bukan beta dan kamu bukan alfa, yang selalu berdampingan di rumus fisika dan matematika. Karena kita tak bisa berdampingan selama masih ada rumus lain. Seperti yang ku katakan tadi, aku hanyalah setetes tinta tanpa pena. Dan butiran debu di kehidupan asmaramu.

Sampai bertemu esok, walau pagi tadi kita sudah bertemu hanya sedetik di keramaian kota, wahai sesosok yang telah hadir di hatiku bukan di kehidupanku.

                   Jombang, 3 Januari 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Beloved Friend

Cappucino

Ini Adalah Harimu