Sayap Ini Patah


Kau beri apa yang kuinginkan, mengisi ulang kekosongan hati. Ku tersenyum lebar-lebar seakan siap menerima. Susunan harapan tak berarti adalah sirna.

Aku telah mengikhlaskan kau pergi, tetapi sampai saat ini aku tak siap untuk melepasmu yang terkadang menari-nari di dalam pikiranku. Mungkin hanya kemunafikan yang terucap untuk saat ini. Begitu anggun ingatan ini berputar pada kepalaku. Manis tapi pahit memori tersebut. Sebagaimana hatimu masih menjadi musik untukmu menari dan aku tak bisa mengiringimu menari. Sayang sekali kita tak menari bersama. Karena apa? Aku tak mempunyai pasangan. Pasangan apa? Pasangan untuk menari kehidupan ini tentunya.

Aku telah membiarkanmu pergi dan melukai perasaan dan hatiku. Padahal aku membutuhkan dirimu, seperti dirimu membutuhkan dirinya. Untuk sekian kalinya aku harus merelakan kau pergi.

Pada akhirnya di sebelahku hanya ada bayanganmu, gelap dan kabur seperti kita yang tidak terbaca dan tidak bisa bersatu. Ingin ku ikuti dan ku raih, tetapi hilang dan lenyap. Mungkin bertanda apa aku harus mengikuti jejakmu untuk pergi?

Ada rasa, sebuah keinginan kembali. Tapi apa boleh buat kau sudah masuk ke dalam kesulitan-kesulitan terdalam di hidupnya. Aku ingin menjadi pelita dalam titik kegelapanmu. Tetapi itu hanya semu. Aku hanya sebuah butiran debu di kehidupan asmaramu.

Dan akhirnya ku terjatuh juga ke tanah. Di dorong harap aku terbang dengan sayap yang patah. Untuk sekarang ku biarkan luka yang kau ciptakan menjadi busuk, sebagai bukti cinta yang hadir dalam sepi. Dan sampai saat ini aku tak siap untuk melepaskanmu.

Jombang, 11 Desember 2015

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Beloved Friend

Cappucino

Ini Adalah Harimu