Sine Amor, Nihil Est Vita

Ku tertidur dengan pulas dan nyenyak. Kebahagiaan di awal membuatku terlarut ke dalam indahnya mimpi. Sampai pada akhirnya mimpi indahpun muncul. Setelah mimpi indah muncul lah mimpi yang sepertinya buruk. Mimpi hanya bunga tidur bukan? Iya bunga tidur yang selalu muncul orang yang sama di mimpi-mimpiku. Ku terbangun memulai hari baru. Tak ada firasat buruk yang berkaitan tentang mimpi buruk semalam. Entah ini akan terjadi nanti atau tidak aku tak tahu. Otakku di godok soal-soal akuntansi yang membuatku runyam. Kehilangan satu angka saja sudah rumit apalagi kehilangan hal yang spesial dan berarti. Apa daya ternyata aku korban delcon kedua kalinya di hari jum'at. Mungkin sekali lagi akan dapat piring cantik. Tapi entah siapa dalang di balik semua sandiwara ini, perlu tanda tanya besar. Ya, aku sadar kita di pertemukan hanya untuk saling mengenal. Kita juga terhalang oleh benteng besar yang berdiri kokoh. Bukan cinta yang membuatku terluka tetapi harapan akan cinta yang membuatku...

Aku tahu, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Begitu pun dengan orang-orang yang tulus untuk mencintaiku. Tak ada satu pun yang tulus. Tetapi hanya satu jawaban dari pernyataan tersebut, yaitu Tuhan. Aku sadar hanya Tuhanku yang mencintaiku tulus.  Hanya Tuhan yang mengerti kemauanku. Tetapi Tuhan hanya mengabulkan kemauanku yang menurutnya terbaik untukku. Tuhan memang baik, tentunya aku sadar itu. Tuhan memang baik, terkadang aku suka terharu ketika Tuhan mengabulkan doaku seperti tidak peduli berapa banyak dosa yang ku perbuat. Pertanyaanku: Kapan Tuhan mengirimkan seseorang yang benar-benar tulus untukku?      (Jombang, 8 Februari 2016 20:22)