Tulus
Ketika ku menutup mata, otakku serasa memikirkanmu. Ketika ku membuka mata ada bayangan dirimu di hadapanku. Suara yang begitu tak asing serasa masuk ke gendang telingaku. Omongan-omongan tentang dirimu menjadi santapan sehari-hariku. Tentunya omongan yang baik. Karena apa? Aku ingin bahwa pendengar setiaku beranggapan bahwa kau terbaik. Dulu aku sempat melihatmu sebagai bayang-bayang orang lain. Seiring berjalannya waktu bayang-bayang itu pergi dan berlari entah kemana. Dan sekarang ini semua tulus. Senyuman itu selalu melintas di hadapanku. Walau tidak untukku, setidaknya bisa melihat senyuman manis itu. Pipi cubbynya membuatku ingin terus-menerus mencubitnya. Walau sekalipun tak pernah melakukannya. Ginuk-ginuknya seperti boneka ada niatan untuk ku bawa pulang. Kita dua hati dan dua manusi yang jauh amat sangat berbeda. Tetapi perbedaan itu yang membuatku yakin akan perasaan ini. Kau memiliki kelebihan segudang dan tentunya kau memiliki kekurangan. Aku disini akan selalu meneri...